Rabu, 23 Mei 2012

Amilia Agustin, Pemenang Satu Indonesia Award (Astra Award) 2010 Laskar Peduli Sampah

SAMPAH, mungkin bagi banyak orang merupakan seonggok sisa pembuangan yang tidak berguna. Namun lain halnya dengan Amilia Agustin, gadis kelahiran Bandung 20 April 1996 ini. Ia begitu peduli dan pandai membaca peluang dari sampah. "Sampah akan menjadi sampah jika tidak berguna. Tapi sampah akan bermanfaat jika kita bisa mengolahnya," ujar anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Dari sampah Ami dikenal banyak orang. Berkat penghargaan Satu Indonesia Award (Astra Award 2010) kategori lingkungan hidup. Namun kesuksesan yang diraihnya tidaklah mulus. Butuh waktu lama dan kerja keras untuk membentuk kebiasaan agar orang-orang mau membuang sampah pada tempatnya.



Kepeduliannya tercetus tiap ia berolahraga di tempat latihan tentara dekat rumah. Ada taman kota yang menjadi tidak elok dipandang karena di sebelahnya ada tempat pembuangan sampah yang jorok. Selain merusak pemandangan, bau tak sedap kerap mengganggu penciuman manusia.

Saat itu, Ami melihat ada plang sampah bertuliskan "mulailah memilah sampah dari diri kita masing-masing". Ia berpikir, kenapa saya tidak coba untuk memulai dari sekolah sendiri? "Ami kan sekolah sampai sore, banyak kegiatan dan kita pasti banyak jajan di sekolah. Jadi banyak sampah plastik," ungkapnya.

Bagai obor yang tetap menyala Ami tak patah arang, ia bertekad dan terus berjuang untuk mengubah sikap dan pemikiran teman-teman supaya membuang sampah pada tempatnya. "Sudah disediakan dua tempat sampah organik dan non organik. Tapi mereka tetap saja buang sampah sembarangan," katanya dengan raut sedih.

Mulai dari diri sendiri, ia tak segan untuk memunguti dan memilah-memilah sampah bahkan hingga senja. Ami selalu diledek ‘bau' oleh teman-temannya. "Kenapa harus ngerasa bau, toh sampah ini asalnya dari kita juga? Sadarkah kita sudah hidup di dunia ini namun tak sedikitpun kita sudah berbuat untuk bumi?" kata gadis 15 tahun yang selalu peringkat satu sejak sekolah dasar ini.

Ia sempat pesimistis akan usahanya. Namun dukungan orang tua dan ibu guru biologi bernama Ani, selalu terpatri dan memberinya semangat. Sampai satu kesempatan Ami mengajak kesepuluh teman serta Ibu Guru Ani bikin tim pembersih sampah yang diberi nama "Go to Zero Waste School". Awalnya banyak yang mencibir tapi Ami dan kesepuluh temannya tetap berjuang.

Perlahan-lahan banyak murid mulai membuang sampah pada tempatnya. Bahkan mereka tak jarang membantu Ami mengumpulkan sampah plastik dijadikan kerajinan tangan. Butuh waktu dua tahun agar hati teman-teman sekolahnya tergerak untuk punya kebiasaan membuang sampah di tempatnya. Kerja keras Ami pun membuahkan hasil.

Suatu hari Ibu Ani mengabarkan perlombaan salah satu kategori lingkungan hidup. "Ami nggaktau kalau perlombaan itu ada hadiah uang yang lumayan besar," kata Duta Sanitasi Jawa Barat 2010 itu.

Ia hanya berharap melalui lomba bisa menggerakkan hati banyak orang untuk tidak membuang sampah sembarangan. Harapan dan kerja keras pun berbuah manis. Tahun 2010, Ami mendapatkan penghargaan dari "Satu Indonesia Award," dalam kategori lingkungan Hidup. Ia pun mengantongi uang senilai Rp40 juta dan piagam penghargaan. Ami membuktikan kepada teman-teman yang dulu mengoloknya jika kita punya niat dan baik kerja keras, maka itu akan membuahkan hasil walaupun itu berasal dari sampah.

sumber : http://www.jurnas.com/halaman/8/2012-04-03/204453

Tidak ada komentar:

Posting Komentar